Beralas Spanduk, Beratap Langit! Anak-anak Korban Tsunami Terus Belajar Meski Tanpa Sentuhan Pemerintah

Palu Ngataku – Di tengah sunyinya kawasan Hunian Tetap (Huntap) Pombewe, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, gelak tawa dan semangat belajar anak-anak terdengar riang. Mereka adalah penyintas tragedi gempa dan tsunami 28 September 2018 silam, yang hingga kini masih berjuang menata masa depan di tengah keterbatasan.

Bersama komunitas Rumah Belajar Pelangi Masa Depan, anak-anak ini mengikuti kegiatan belajar non-formal yang dilaksanakan di ruang terbuka dengan fasilitas seadanya. 

Beralaskan spanduk bekas, beratapkan langit, serta berterpal seadanya, sekitar puluhan anak terlihat tekun dan antusias saat mengikuti proses belajar berdasarkan pantauan langsung jurnalis Palungataku.com, pada Jumat (18/4/2025).

Pengelola komunitas Rumah Belajar Pelangi Masa Depan, Merlin, mengatakan bahwa kegiatan belajar ini diadakan setiap hari Jumat atau seminggu sekali pertemuan dan telah berjalan sejak pasca-bencana tsunami likuifaksi pada tahun 2018 silam.

Baca Juga  Kolaborasi Pencegahan Radikalisme, Satgas Madago Raya Gandeng Kemenag Sigi

Rumah Belajar ini menampung sekitar 35 anak dari kalangan pengungsi yang kini tinggal di Huntap Pombewe. Meski dengan segala keterbatasan, kegiatan ini terus berlangsung berkat dedikasi para relawan pendidik Rumah Belajar Pelangi Masa Depan.

“Kami mulai dari nol. Sejak 2018, kegiatan belajar ini menjadi ruang aman dan harapan bagi anak-anak pengungsi. Tapi hingga kini, belum ada perhatian langsung dari pemerintah,” ungkap Merlin.

Ia menambahkan, kondisi ekonomi keluarga serta jarak tempuh menjadi hambatan utama anak-anak untuk mengakses sekolah formal. Beberapa anak bahkan harus tidak dapat mengikuti sekolah selama berhari-hari karena ketiadaan transportasi.

“Banyak anak-anak kadang sekolah, kadang tidak karena keadaan orang tua mereka yang tidak memiliki pekerjaan serta terhambat dengan kendaraan karena jauh untuk ke sekolah,” jelasnya.

Baca Juga  Komisi III DPR RI Minta Polisi Usut Tuntas Dugaan Pembunuhan Jurnalis Asal Palu di Jakarta

Saat ini, kata Merlin, hunian tetap tempat mereka bermukim pun belum difasilitasi dengan sekolah. 

“Kalau tidak ada kendaraan, mereka hanya bisa masuk sekolah tiga sampai empat kali seminggu,” tambahnya.

Merlin berharap, melalui kesempatan ini, pemerintah Sulawesi Tengah dapat hadir dan memberikan perhatian lebih terhadap anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa ini.

“Anak-anak ini punya semangat luar biasa. Kami hanya butuh dukungan agar mereka bisa terus belajar dan bermimpi untuk menggapai cita-cita,” tutupnya dengan mata berbinar.

banner

Komentar