Palu Ngataku
Ilustrasi puasa di bulan Ramadhan. (Pixabay/mohammed_hassan)
President of the General Cadre Doctors Association (GCDA), Punjab, dr Masood Shaikh mengatakan ketika seseorang berpuasa, jumlah sel otak meningkat dan kinerja kognitif meningkat.
“Penurunan kadar kortisol selama Ramadhan mengurangi ketegangan dan tekanan psikologis,” ujar dr Masood Shaikh seperti dikutip dari laman dailytimes.com, Minggu (26/3/2023).
Masood menyebut 61,7 persen umat Islam tinggal di kawasan Asia-Pasifik, yang menghadapi ancaman diabetes dan obesitas. Menurut dia, puasa mengurangi kemungkinan obesitas, penyakit jantung, dan stroke.
Puasa juga dipercaya dapat mengurangi ukuran perut, menghilangkan polutan dari tubuh, dan secara keseluruhan memiliki pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan.
Dengan berpuasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan, nafsu makan berkurang dan ukuran perut juga berkurang. Sehingga nafsu makan tetap rendah bahkan setelah Ramadhan dan obesitas berkurang.
“Selama Ramadhan, racun dalam lemak tubuh keluar dari tubuh, dan berdampak positif bagi kesehatan,” ucapnya.
Dia menambahkan, selama Ramadhan perubahan seperti itu terjadi pada tubuh dan tubuh mendapat lebih banyak energi meski dengan sedikit makanan. Proses ini berlanjut bahkan setelah Ramadhan. ***
Komentar